Posted in:
By Eko NP Andi 1 komentar

I know, (If) I can

Oke, aku gak tau kenapa jadi mellow begini. Abis mbaca novelnya Ninit “Test Pack” kok gak tau kenapa perasaan jadi aneh begini. Walaupun sebelumnya juga udah aneh sie... :). Abis novelnya bagus banget. Membaca novel itu membuat terhanyut ama suasana yang dibangun ibu beranak satu itu. Kita disadarkan bahwa sebuah pernikahan gak cukup hanya dinilai dari berapa banyak harta yang kita punya, berapa anak yang udah berhasil ditetaskan (emangnya ayam...). Lagi-lagi sebuah komitmen menjadi pilihan terakhirnya. Keberhasilan sebuah pernikahan gak cukup jika hanya diukur dari kehadiran seorang anak. Saling mengerti dan mengenal satu sama lain adalah jawaban terakhir dari semuanya. Untuk membuka kunci sebuah kamar bernama komitmen.
Yah, cinta memang tak hanya bisa diukur oleh segala sesuatu yang bisa dihitung, bisa divisualkan. Kadang memang sesuatu yang tak logis, childish malah bisa menjadi sebuah garansi kelanggengan. Tak selamanya logika harus mendominasi. Tak selamanya pula hal-hal diluar itu tak berarti. Ada saatnya logika mengalah. Terlalu sering berlogika malah semakin memperumit keadaan. Keep enjoy with your love. It’s that too simple for it. Yeah I know but I believe it’s enough.Enough. Try.
Membaca novel itu mengingatkan aku pada seseorang yang ada disana. Perempuan yang selama ini selalu jadi motivator dalam hidupku. Terlalu berlebihan kali ya..., tapi itulah kenyataannya. Dan sampai detik ini perempuan ini masih menjadi motivator. Walaupun sampai detik ini dia tetap tak membiarkan hatinya untuk menoleh padaku. But I believe she’ll become my girlfiend. Hanya kalimat itu yang selama ini aku hafalkan, ketika semua pesimistis mulai menggelantungi.
Kesal juga sih, melihat semua respon yang ia berikan. Harapan-harapan yang aku susun selalu saja hancur olehnya. Semua laku yang ia tampakkan membuat keyakinan itu menipis. Tapi keyakinan itu masih ada, walaupun tak tahu sebesar apa. I try to keep survive with this matter. Tapi, teman-teman selalu marah ketika aku menceritakan tentangya. Tentang bagaimana respon yang diberikannya. Tentang bagaimana timbal balik dari semua perhatianku. Selalu yang muncul dari mulut mereka adalah ucapkan “lupakan”, “tinggalkan”, “cari yang lain saja lah”. Maaf teman, untuk kali ini aku tak mendengarkan kata-katamu. Karena aku (masih) yakin akan keputusanku.


01. 45 WIB
Malang, 11 September 2006

One Response so far.

  1. Anonymous says:

    But I believe she'll become my girlfriend?? Apaan tuh? Woi, Le! Nyadar dong!! Apa cewek itu akan terus nunggu Mas Eko di sudut jalan, kalau suatu saat Mas Eko terbangun dari segala mimpi indah itu? Mungkin itu cuma mimpi dari seorang pemimpi yang mencari mimpi. Hehehe...gak nyambung yah?