By Eko NP Andi | Saturday, November 29, 2008
Posted in: | 0 komentar

The Conductors

Sudah pernah nonton film dokumenter The Conductors? Sebenarnya film bikinan bogalakon production ini sudah lama beredar, sekitar pertengahan Juli lalu kalau gak salah, dan sudah kutonton dua bulan lalu. Tadi sore, aku jadi pengen liat lagi.

Secara garis besar film ini bercerita tentang conductor atawa dalam istilah Indonesianya dirigen. Namun, conductor disini bukan sembarang konduktor. Dalam film ini ada Adhie MS, yang kita sama-sama ketahui adalah satu-satunya (menurutku) konduktor terbaik yang di punyai Indonesia dengan Twillite Orchestra-nya. Ada juga AG Sudibyo, beliau adalah pemimpin paduan suara UI, sebuah paduan suara yang sangat besar. Bayangkan bagaimana beliau memimpin paduan suara yang berjumlah ratusan orang itu. Ngeri. Jangan lupa juga, dirigen kebanggaan suporter Aremania Yulie Sumpil juga ambil bagian di film ini.

Awal mula tertarik untuk melihat film ini sebenarnya karena sosok Yulie. Namun, setelah menonton penuh, justru Adhie MS lah yang membuatku terkesan. Tentang idealisme, tentang mimpi dan harapan seorang Adhie MS pada perkembangan musik di tanah air. Kalau ingin tahu sedikit tentang Adhie, baca tulisan di bawah ini:


Sebenarnya musik bisa jauh lebih berperan untuk "menertibkan" suatu society ehm..apa namanya, membawa suatu society kearah yang lebih sehat. Musik di New York, di tokyo itu terbukti menurunkan angka kenakalan remaja. Belum lagi musik buat tanaman, musik buat binatang. Ternyata musik ini bisa bermanfaat sekali buat hal non musikal.

Nah, berkali-kali aku sudah berusaha untuk bertemu para pejabat di berbagai rezim, dari rezimnya Soeharto sampai rezimnya Megawati, sampai sekarang terus terang nggak pernah ada titik terang, dimana fokusnya yaitu kalau aku lihat, simply, pembangunan ekonomi aja, yang paling garis bawah. Seolah-olah kalau kita diskusi soal musik, soal kebudayaan, soal kesenian, kita harus menjadi bangsa yang kaya dulu untuk menikmati seni.

At least, kalau ada satu aja gedung konser di Jakarta mungkin itu akan merubah banyak, akan jadi efek domino, orang akan merasakan "oh, begini ya...", " untuk ini ya di bangun itu..." mungkin akan menular ke kota lain. Satu pun kita nggak ada. Malaysia punya, Singapura punya, Vietnam punya, tetangga kita punya, kita nggak punya. Padahal Mall kita bertebaran, lapangan golf yang mewah bertebaran, memalukan sebenarnya sebagai bangsa. Menyedihkan. Kita mengagung-agungkan pembangunan fisik, pembangunan materi. Sehingga jadi bangsa yang materialistis seperti ini.


Terus, yang menarik lagi adalah sebuah klip yang mempertontonkan pada kita konser yang dilakukan Twillite Orchestra di Kuantan, Pahang, Malaysia. Dimana disitu Twillite melakoni konsernya di sebuah stadion. Sebuah hal yang amat jarang kita temui untuk sebuah pertunjukkan orkestra, show di luar ruang (out door). So pasti butuh perhitungan tingkat tinggi untuk menggelar even seperti ini, sekali lagi ini out door, bagaimana memperhitungkan angin, sound yang di keluarkan, banyak deh.

Nah, bicara Twillite dan konser out door mereka mengingatkan aku pada mimpi besar dengan seorang kawan. Dimana setahun yang lalu tepatnya, kita pernah bermimpi mengadakan acara seperti itu. Tak ingin hanya mimpi, maka kita coba mewujudkan itu. Diskusi dengan kawan-kawan yang sering bergelut dengan entertaintment, cari-cari contact person, browsing info, pokoknya nyari info sebanyak-banyaknya. Tapi, setelah diskusi selama beberapa minggu akhirnya kita harus kecewa. Butuh biaya mahal kawan untuk mengadakan acara semacam ini. Bayangkan saja berapa pesawat yang harus kita sediakan untuk mengangkut personil orkestra dan peralatannya? Latihan? Wuah…, pokoknya high cost lah. Jalan tengah coba dicari, gak dapet, sponsor juga udah pada ngeluarin duitnya buat acara-acara yang udah terjadwal lama. Gagal deh…

Intinya, aku mau bilang aja sih kalau apa yang dilakukan oleh Pahang sebenarnya secara ide gak orisinil banget. Lha setahun lalu aku dan kawanku pernah punya ide seperti itu, hanya saja mereka lebih beruntung. Hiks… Tapi, masih ada beberapa ide sejenis yang akan dieksploitasi suatu saat nanti.

Kembali, ke the Conductors. Terus terang salut banget sama bung Andibachtiar Yusup atau Ucup yang berperan banget dalam pembuatan film ini. Ternyata orang “gila” yang selama ini aku liat di world kick off-nya ANteve punya ide yang gak kalah gilanya.

Oh iya hampir lupa, satu hal lagi yang menarik yaitu intro film ini. Dimana kolaborasi antara tiga konduktor itu menghasilkan sebuah musik yang bagus banget. Bagaimana umpatan khas jawa timuran bisa terdengar lebih enak di telinga ketika dimasukkan sound Twillite Orchestra di situ. Asli gurih. Hehehe… Buat yang seneng musik film dokumenter ini cocok buat referensi. Enjoy this movie…

Sudah ah, capek nulisnya. Ngomongnya juga udah makin gak jelas…




Read more