By Eko NP Andi | Sunday, December 09, 2007
Posted in: | 0 komentar

Kalah lagi..., kalah lagi...,

Untuk kesekian kalinya, saya harus bersedih. Timnas Sepakbola Indonesia kalah lagi. Tak berbeda jauh dengan seniornya, timnas U-23 juga tertular penyakit sering kalah. Kapan ya sepakbola kita bisa berprestasi?
Bagi yang menonton pertandingan Indonesia vs Thailand pasti merasakan hal serupa. Bagaimana permainan menyerang "brutal" timnas dikalahkan oleh permainan cantik tim lawan. Thailand yang dalam ball possesion kalah, ternyata bisa memanfaatkan peluang lebih baik. Sementara Indonesia selalu mengalami kebuntuan ketika mendekati gawang. Padahal hanya butuh hasil seri, untuk memuluskan langkah ke semifinal Sea Games, eh ini malah kalah. Problem klasik timnas : koordinasi antar lini lemah, penyelesaian akhir lemah, mental bermain yang jelek, dan kreativitas yang kurang. Kelemahan-kelemahan itulah yang saya lihat ketika menyaksikan pertandingan tersebut. Bagi yang menonton pasti mengerti, bagaimana 2 gol Thailand yang tercipta. Semua berawal dari kelengahan barisan pertahanan kita dalam mengantisipasi serangan-serangan efektif Thailand.
Gol pertama lahir karena kesalahan Purwoko, bagaimana dia salah mengantisipasi pergerakan bola yang akhirnya dimanfaatkan dengan baik oleh Therateep Winothai. Bola akhirnya bersarang dengan mulus ke gawang Dian Agus. Harapan mulai tumbuh manakala Jajang Mulyana berhasil menceploskan bola hasil dari blunder penjaga gawang Thailand. Namun, lagi-lagi kesalahan barisan pertahanan Indonesia harus di bayar mahal. Kesalahan mengantisipasi umpan panjang Thailand, membuat Anon Shanshanoi menggandakan keunggulan Thailand di akhir babak pertama. 2-1.
Empat puluh lima menit kedua, permainan semakin buruk. Saya sampai tak bersemangat menyaksikan pertandingan, namun karena nasionalisme saya yang lebih besar (ceile...) akhirnya mampu menonton sampai akhir. Dan, sampai peluit panjang dibunyikan kedudukan tak berubah. Kita gagal lolos ke Semifinal, karena kalah selisih gol dengan Myanmar yang mampu menundukkan Kamboja dengan skor 6-2.
Sebetulnya bukan masalah kekalahannya yang membuat saya kesal, tapi lebih pada orang-orang di balik layar PSSI. Kenapa mereka tak pernah berkaca pada pengalaman? Kenapa tak pernah ada evaluasi?
Semua berawal dari buruknya pembinaan pemain muda. Pemain-pemain muda jarang dimainkan di tingkatan klub, sehingga pengalaman dan mental bertanding tak terbentuk dengan bagus. Hal ini disebabkan Liga Indonesia di penuhi oleh pemain-pemain asing (yang kemampuannya tidak bagus). Lihat bagaimana Inggris akhirnya merasakan dampak banyaknya legiun asing yang merumput di EPL. Lihat bagaimana Inggris akhinya gagal lolos ke babak final Euro 2008.
Walaupun gak mutu, saya coba kasih beberapa solusi buat PSSI...
1. Batasi Pemain Asing
Tak ayal lagi, banyaknya pemain asing yang merumput di Liga Indonesia jadi salah satu pemicunya. Bayangkan, tiap klub memiliki 5 pemain asing dengan 3/4 orang yang boleh dimainkan. Apalagi posisi mereka bisa dianggap vital dalam sebuah tim. Posisi seperti playmaker, striker rata-rata diambil pemain asing. Posisi striker lebih menakutkan lagi. Hampir semua (walaupun tdk semua, tp tim2 besar pasti mempercayakan posisi tukang gedor ini pada pemain asing) striker adalah striker asing! Inilah salah satu alasan kita tak punya tukang gedor andal. Coba lihat top skor liga Indonesia beberapa tahun terakhir, yang dikuasai oleh nama-nama latin atau negro. Menyedihkan sekali.
Maka, pilihan untuk membatasi jumlah pemain asing yang beredar perlu dipertimbangkan. Italia pernah mengalami hal ini pada akhir tahun 80-an, malah mereka lebih radikal lagi. Tak ada pemain asing yang diperbolehkan merumput di Serie A. Beberapa tahun formula ini di terapkan akhirnya muncullah nama-nama lokal yang berkualitas.
2. Perbaiki Kompetisi yang ada
Sebuah timnas yang tangguh akan terbentuk dari kompetisi yang bagus. Setidaknya itulah yang terlihat dari negara-negara yang mempunyai kompetisi sepakbola yang bagus. Jujur saja, Liga Indonesia menurut saya sangat menyedihkan.
3. Prioritaskan Pembinaan Usia Muda
Pembinaan pemain usia muda dengan jenjang yang jelas adalah sebuah tuntutan.
(to continued.... ngantuk nih...)

Read more