Posted in:
By Eko NP Andi 0 komentar

Mata Itu...

Ketika tatapan seolah menghakimi. Terasa sesak dalam dada, menggelapakan satu sisi nurani. Sorot mata itu. Ya, aku takut. Takut sekali. Aku merasa asing, seolah aku berada pada sebuah tempat yang sama sekali baru bagiku. Aku merasa salah. Semua yang aku lakukan salah. Serba salah lebih tepatnya. Logika sudah tak bisa diajak berkompromi lagi. Tiap kali ia mengajak untuk meluruskan, lagi-lagi makhluk merah bertanduk itu muncul dan meracuni setiap mili pembuluh di darahku. Prasangka. Yup, itulah dia.
Sah-sah saja kita berprasangka. Apalagi pada sorot mata itu. Mata sejuta manusia. Mata-mata yang tak dapat kuartikan maksudnya. Tak dapat kutangkap sinyal apa yang dia berikan padaku.
Kosong. Seperti itulah, ketika sorot mata mereka memandangku. Kecil. Aku jadi kecil dihadapan mereka.
Ingin rasanya aku keluar dari semua prasangka itu dan mencoba bersikap acuh pada semua itu. Aku yakin aku bisa. Tapi, entah kenapa seluruh tubuhku terasa berat. Ketika sorot mata mereka menghujamku. Tak kuasa melawan sorot matanya. Dan tak kuasa untuk menolaknya. Yah, akhirnya sebuah tempat di pojok ruangan akan jadi tempatku meringkuk. Meringkuk dalam kesendirian. Terasing dalam sebuah komunitas.
Hemm… Cukup!!! Kini aku tak akan peduli. Terserah mata itu mau menatapku seperti apa. Aku hanya tahu satu “aku percaya dengan semua tindakanku”.