By Eko NP Andi | Monday, January 28, 2008
Posted in: | 0 komentar

The Smilling General, Akhirnya Mangkat

Setelah sekitar 20 hari dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Soeharto meninggal dalam usia 87 tahun. Kematian beliau ibaratnya hanya menunggu waktu. Dan kemarin pada pukul 13.15 WIB, berita kematian itu mengudara. Semua televisi menyiarkan berita itu, lewat breaking news dan laporan langsung dari lokasi. Setelah itu, sore harinya, televisi mulai menayangkan in memoriamnya.

Kematian “Bapak Pembangunan” itu mendapat banyak simpati dari berbagai pihak. Mulai dari rakyat kecil sampai istana. Presiden Yudhoyono pun menetapkan hari berkabung nasional selama satu minggu, dan pemasangan bendera setengah tiang.

Perlakuan negara pada Soeharto memang istimewa, dan sudah selayaknya dilakukan oleh negara pada mantan presidennya. Sesuatu yang tak diberikan oleh Soeharto pada the founding father, Soekarno. Soekarno menikmati hari-hari terakhir hidupnya dalam kesepian dan meninggal dalam sunyi. Kontras dengan apa yang diterima Soeharto.

Terlepas dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat Soeharto, perlakuan negara menurutku sudah pantas dan selayaknya. Ini menunjukkan bahwa negara ini menghormati pahlawannya.

Dengan kematian Soeharto, kini pemerintah tinggal memikirkan bagaimana menyelesaikan kasus-kasus yang diwariskan Soeharto. Memang Soeharto telah mati, tapi kesalahannya di masa lalu tetap harus dibayar. Kematiannya tak serta merta menyelesaikan permasalahan.

Muladi, yang diwawancarai oleh Meutia Hafid menjelaskan bahwa salah satu jalan keluarnya adalah dengan dialog dan rekonsiliasi. Yang pasti apapun caranya, semoga itu dapat menyelesaikan tanggungan Soeharto dan mengembalikan uang rakjat. Seperti juga ungkapan Lestari, mantan tahanan politik berusia 76 tahun yang pernah merasakan kekejaman Orde Baru, bahwa sebagai manusia biasa dirinya telah memaafkan Soeharto, tapi keadilan harus ditegakkan.

Akhirnya, Selamat jalan Jenderal Besar H.M. Soeharto. Semoga arwahnya tenang dan diterima di sisi-Nya. Semoga orang-orang yang ditinggalkan diberi ketabahan. Dan semoga dengan kematiannya, uang rakyat itu benar-benar kembali. Amien..

Read more
By Eko NP Andi | Tuesday, January 15, 2008
Posted in: | 0 komentar

Apa kabar ya si Mbah?

Semua pasti sudah tahu, hampir sepekan ini media massa kita dipenuhi oleh berita seputar Mbah Harto. Tak peduli itu media cetak atau elektronik, semua berlomba-lomba menyajikan berita ekslusif seputar perkembangan kesehatan si Mbah. Ternyata, orang ini masih punya nilai jual. Tak hanya saat berkuasa aja dia memonopoli, saat sakit pun media di monopoli olehnya.

Perkembangan seputar sakitnya si Mbah memenuhi hampir semua kuota media massa. Dari kolom sampai laporan-laporan panjang. Dari breaking news sampai talkshow. Dimana-mana tentang si Mbah.

Banyak kalangan menaruh simpati padanya. Dibeberapa tempat bahkan diadakan upacara mendoakan si Mbah. Dari sekedar yasinan beberapa orang sampai puluhan mungkin pula ratusan.

Jika melihat kondisi terakhirnya tak ada orang yang tega melihatnya. Bagi yang menonton televisi, tentu tahu bagaimana tubuh yang tergolek tak berdaya itu di dorong kesana-kemari. Rasa iba itu pasti muncul.

Tapi, jika melihat sepak terjangnya selama berkuasa rasa iba itu sirna. Bagaimana nasib keluarga korban Tanjung Priok, Keluarga-keluarga eks-tapol dan napol, Keluarga lawan politiknya. Dan segambreng masalah yang lain. Tentu tak mudah melupakan kejadian memilukan yang pernah menimpa mereka. Kehilangan orang-orang tercinta, secara misterius. Atau bagaimana keluarga founding father Sukarno, yang menyaksikan orang yang mereka cintai “dibunuh” oleh Suharto. Tak segampang membalik telapak tangan untuk melupakan kisah atau perlakuan yang mereka alami.

Belum lagi, pernyataan-pernyataan beberapa pihak untuk memaafkan Suharto. Ada yang bilang jasa-jasanya kepada negara sangat banyaklah, rasa sosialnyalah, whatever. Nah, lo... Apakah seseorang dengan catatan-catatan yang penuh noda itu patut dimaafkan? Apakah rasa iba telah mengaburkan ingatan kita?

Saya memang tak merasakan secara langsung penderitaan lawan-lawan politik Si Mbah. Tapi, itu tak membuat harus lupa pada sejarah. Apapun itu, keadilan harus tetap ditegakkan. Tak peduli dia pernah berjasa, kalau terbukti bersalah ya harus di adili.

Akhirnya, jika beberapa kalangan mengharapkan kesembuhan si Mbah saya juga mengharapkan bahwa Mbah dapat beristirahat dengan tenang. Tak usahlah dia memikirkan utang-utangnya, biar keluarga yang melanjutkannya. Membayar keugian kepada negara. Semoga Mbah diampuni dosanya. Dan semoga keadilan masih menjadi harta yang berharga bagi kita semua. Amieen.

Read more