Posted in:
By Eko NP Andi 5 komentar

Ternyata Cinta...

Kamis sore (14/04/2011), saya baru saja menghadiri interview. Dalam interview tersebut sempat si pewawancara memberi pertanyaan kepada saya, strategi apa yang akan Anda terapkan jika bergabung dengan perusahaan ini? FYI, perusahaan tersebut bergerak di bidang perbankan mikro. Menarik sih, tapi saya rasa jawaban yang saya berikan tidak memuaskan saya. Pertanyaan tersebut menghantui saya selama perjalanan pulang. Sambil mengendalikan si roda dua bergelut dengan kemacetan Malang di sore hari, saya mencoba mencari jawaban.

Akhirnya jawaban mulai mengerucut. Apa itu? Sebentar, nikmati dulu tulisan ini. Hehehe… Persaingan dunia perbankan mikro semakin memerah, sangat ketat. Bank-bank besar hampir semuanya memiliki divisi mikro. Wajar saja sebenarnya, bayangkan saja berapa banyak pengusaha kecil yang masih kesulitan pendanaan untuk mengembagkan usaha mereka? Nah, kalau mereka bisa “diberdayakan” tentu ujung-ujungnya pasti keuntungan yang menggiurkan. Siapa coba yang tak tergiur dengan potensi pasar yang ranum itu?

Namun, tentunya persaingan di lapangan pasti lebih seru. Pertarungan para “prajurit” (baca saja sales, karena beberapa bank punya nama yang berbeda-beda untuk salesnya) pasti berdarah-darah, kata seorang teman. Head to head dengan kompetitor. Banyak cerita yang saya pernah dengar dari kawan tentang ini. Nggegirisi. Nah, disinilah dibutuhkan CINTA dari seorang sales.

Eit, apa itu CINTA? Oke, begini saja, saya mengibaratkan menjual produk itu sebagaimana Anda mengejar cinta sang pujaan hati. So pasti, segenap daya upaya dikerahkan untuk terlihat positif didepan gebetan. Entah itu mendengarkan keluh kesahnya, lebih peduli terhadapnya, banyak memberi (dan membeli. Hehehe…). Sebisa mungkin kedekatan dengannya menjadi lebih dekat, dan sangat dekat hingga akhirnya memasrahkan hatinya untuk Anda.

Nah, tenaga sales pun demikian pula. Menurut saya, seorang sales harus penuh cinta. Pendekatan konvensional saja tidak cukup. Seorang tenaga penjualan tentu tak bisa hanya menjual, tanpa mengambil hati konsumennya. Dalam menjalin sebuah hubungan tentunya akan didahului dengan pendekatan, mengenal lebih dalam, dan kemudian lebih intim lagi.

Intinya, menurut Yuswohady ada 8 prinsip yang bisa diterapkan dalam rangka Love Marketing. Memberi (giving), curhat (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship). Dengan menerapkan 8 prinsip tersebut dapat dipastikan dengan sendirinya akan terbentuk koneksi secara emosional dengan konsumen. Dan semakin rajin memupuk koneksi emosional pelanggan bisa dipastikan merekalah konsumen yang loyal dan pada akhirnya mereka adalah evangelist bagi brand tersebut.

5 Responses so far.

  1. Anonymous says:

    Hi there colleagues, nice article and nice urging commented here,
    I am in fact enjoying by these.

    my page; sizzling hot kostenlos ohne anmeldung

  2. Pada dasarnya bagaimana agar kita selalu memberikan kenyamanan pada pelanggan, begitukah??

  3. cilique08 says:

    Dan ternyata cinta..yg menguatkan aku ..

    Ini sehari setelah aq ultah..dlm kesedihan