Posted in:
By Eko NP Andi 6 komentar

Rectoverso

Judul : Rectoverso

Penulis : Dee
Jumlah Hal : 148 halaman (hard cover)
Penerbit : Good Faith Production
Harga : Rp. 75. 000, 00.
Cetakan I : September 2008
Cetakan II : Oktober 2008


Sebenarnya sudah lama pengen nge-review buku ini. Tapi barusan sekarang bisa terwujud. Karya terbaru dari Dewi Lestari atau lebih sering menggunakan nama pena Dee. Buku ini terbilang masih baru, karena baru bulan September tahun lalu terbit. Rectoverso, judul buku itu.
Aku membaca buku ini bulan Desember, hasil meminjam dari seorang teman. Tapi, sebagaimana biasanya, walaupun selesai membaca dari hasil pinjam setelahnya aku selalu mempunyai keinginan untuk memiliki sendiri. Jadi, hari Senin kemarin (26/01/09) ketika temanku yang sedang main ke Malang mengajak ke Toga Mas dengan senang hati aku iyakan, sekalian saja membeli buku ini.

***

Membaca buku ini cukup mengasyikan. Kita akan diajak menyelami dunia personal seorang Dee, kata Seno Gumira di halaman sampul belakang buku ini. Buku ini berisi 11 kisah dan 11 lagu. Hanya saja, lagunya dijual terpisah dari buku.
Sebelas kisah yang ada di buku ini mempunyai beragam tema. Dari persahabatan, kasih tak sampai, hingga perpisahan. Membacanya, emosi kita seolah sedang dipermainkan oleh sang penulis.
Secara garis besar, kisah-kisah yang dihadirkan dalam novel ini masih berkutat di cerita tentang cinta. Namun, bukan cinta yang biasa. Aku salut sama Dee, karena mampu membuat cerita-ceritanya tidak terkesan murahan atau picisan. Visual-visual yang ada di buku ini juga turut memperkuat cerita yang disajikan. Banyak kesan yang akan ditinggalkan setelah tuntas membaca buku ini.
Pada akhirnya, aku berpendapat biarlah cinta menjadi dirinya sendiri. Biar saja dia mengalir, menemukan jati dirinya sebagaimana adanya. Aku mengamini pendapat pribadi Larasati Silalahi dalam review-nya tentang Rectoverso, seperti ini katanya :
Kalau boleh memberi pendapat pribadi, “Rectoverso” bisa jadi obat untuk orang-orang yang selalu mengklaim dirinya ‘logis’, bahkan dalam urusan yang menyangkut perasaan, seperti cinta. Kadang-kadang, tidak ada gunanya menjadi sok kuat dan tidak memakai hati. Kadang-kadang memang firasat kita harus lebih main daripada logika. Kadang-kadang kita lebih baik mempercayai apa yang tidak bisa dilihat. Kadang-kadang kita memang harus berhenti mencari kalau semata hanya ingin mengerti. Buat apa memakai (hanya) logika kalau tubuh, jiwa, dan roh tidak sinkron?

***

Ibarat menikmati hujan, tentu akan terasa semakin nikmat jika ditemani segelas kopi panas. Sama halnya dengan buku ini, akan lebih terasa kenikmatan jalinan kata-kata bersama musiknya sekaligus, yang digarap dengan sangat matang.
Susunan tracknya disesuaikan dengan urutan ceritanya. Disini, musik tak hanya berfungsi sebagai pendukung belaka. Tapi lebih dari itu. Seperti rectoverso itu sendiri, dua hal yang seolah berbeda tapi sesungguhnya adalah satu, seperti itu pula musiknya.
Penggarapan musik dengan mempergunakan orkestra aku rasa sangat pas. Karena terasa sekali semakin bernyawa. Setiap naik turunnya nada, memberikan efek yang mengaduk emosi.

***

Akhirnya, selamat menikmati buku ini. Rasakan kegemilangan seorang Dee dalam memainkan emosi pembacanya. Dan, bersiaplah mengenang cerita yang mungkin sama persis dengan cerita yang ada.

6 Responses so far.

  1. mas ekoooo.... aku minjeeeemmm huhuhuhu bolehh yaah
    btw cerpen aku itu yang aku posting di blog udah pernah dimuat semua. mohon dikomen

  2. Iyah...

    Iyah (lagi), ntar tak mampir ke rumahmu, eh blogmu...

  3. Anonymous says:

    Asik gak bukunya, mas. kepengen beli juga, cuma belum baca referensinya.

  4. Bagus mas...

    Gak bakal Kecewa pokoknya.

  5. ini buku bagus banget ...
    untunglah beli pas diskonan, soalnya mahal banget nih buku. bikin sayang bacanya juga ^^

  6. Panduz says:

    buku yang masuk memang.. apalagi lek disambi dengerin lagu
    "tetapi apalah arti bersama..
    kala semu semata.. hehe..."