Posted in:
By Eko NP Andi 0 komentar

Apa kabar ya si Mbah?

Semua pasti sudah tahu, hampir sepekan ini media massa kita dipenuhi oleh berita seputar Mbah Harto. Tak peduli itu media cetak atau elektronik, semua berlomba-lomba menyajikan berita ekslusif seputar perkembangan kesehatan si Mbah. Ternyata, orang ini masih punya nilai jual. Tak hanya saat berkuasa aja dia memonopoli, saat sakit pun media di monopoli olehnya.

Perkembangan seputar sakitnya si Mbah memenuhi hampir semua kuota media massa. Dari kolom sampai laporan-laporan panjang. Dari breaking news sampai talkshow. Dimana-mana tentang si Mbah.

Banyak kalangan menaruh simpati padanya. Dibeberapa tempat bahkan diadakan upacara mendoakan si Mbah. Dari sekedar yasinan beberapa orang sampai puluhan mungkin pula ratusan.

Jika melihat kondisi terakhirnya tak ada orang yang tega melihatnya. Bagi yang menonton televisi, tentu tahu bagaimana tubuh yang tergolek tak berdaya itu di dorong kesana-kemari. Rasa iba itu pasti muncul.

Tapi, jika melihat sepak terjangnya selama berkuasa rasa iba itu sirna. Bagaimana nasib keluarga korban Tanjung Priok, Keluarga-keluarga eks-tapol dan napol, Keluarga lawan politiknya. Dan segambreng masalah yang lain. Tentu tak mudah melupakan kejadian memilukan yang pernah menimpa mereka. Kehilangan orang-orang tercinta, secara misterius. Atau bagaimana keluarga founding father Sukarno, yang menyaksikan orang yang mereka cintai “dibunuh” oleh Suharto. Tak segampang membalik telapak tangan untuk melupakan kisah atau perlakuan yang mereka alami.

Belum lagi, pernyataan-pernyataan beberapa pihak untuk memaafkan Suharto. Ada yang bilang jasa-jasanya kepada negara sangat banyaklah, rasa sosialnyalah, whatever. Nah, lo... Apakah seseorang dengan catatan-catatan yang penuh noda itu patut dimaafkan? Apakah rasa iba telah mengaburkan ingatan kita?

Saya memang tak merasakan secara langsung penderitaan lawan-lawan politik Si Mbah. Tapi, itu tak membuat harus lupa pada sejarah. Apapun itu, keadilan harus tetap ditegakkan. Tak peduli dia pernah berjasa, kalau terbukti bersalah ya harus di adili.

Akhirnya, jika beberapa kalangan mengharapkan kesembuhan si Mbah saya juga mengharapkan bahwa Mbah dapat beristirahat dengan tenang. Tak usahlah dia memikirkan utang-utangnya, biar keluarga yang melanjutkannya. Membayar keugian kepada negara. Semoga Mbah diampuni dosanya. Dan semoga keadilan masih menjadi harta yang berharga bagi kita semua. Amieen.