Posted in:
By Eko NP Andi 1 komentar

[Seandainya... ]

Di sebuah hari Minggu.

Hari itu masih pagi. Aku akan mengenangnya sebagai hari minggu yang kelam dalam hidupku. Keacuhanku terhadap nurani.

Aku ingat, hari itu akan diadakan ujian kenaikan tingkat Tae Kwon-do. Sabuk kuning yang melingkar dipinggangku ini harus ditambah dengan strip. Tepat ketika jam di dinding rumahku menunjukkan angka tujuh sekian menit, aku segera menyambar sepedaku. Sebenarnya ujian baru akan dimulai jam delapan, namun mengingat jarak dari rumah ke lokasi ujian yang jauh, aku harus segera bergegas atau terlambat.

Hari Minggu kali ini terasa aneh. Suasananya begitu sunyi. Senyap dan dingin. Tak seperti hari minggu biasanya, yang ramai oleh obrolan ibu-ibu yang berbelanja di depan rumah. Aneh.

Belum jauh aku mengayuh sepedaku, hanya empat ratus meter dari rumah. Kulihat dua orang dipinggir jalan. Seorang lelaki dan perempuan setengah baya. Si lelaki terlihat kebingungan mencari pertolongan, sementara si perempuan tergeletak tak berdaya, dengan darah yang sudah menggenang. Aku tak tahu bagaimana keadaan si ibu itu, yang kulihat tak ada gerakan yang dilakukannya. Dan si lelaki, yang kuduga adalah anaknya masih kebingungan.

Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu. Aku tak berhenti mengayuh sepeda. Hanya memandangi sekilas si ibu itu tergeletak tanpa daya dan membiarkan si anak dalam kebingungan. Aku tahu sedang terjadi pergulatan batin dalam diriku. Menciptakan pilihan-pilihan kemungkinan. Menolong si anak mencari bantuan atau segera berangkat untuk menghindari keterlambatan. Dan, sebuah pilihan yang tak manusiawi telah kujatuhkan. Meninggalkan mereka berdua untuk kepentingan sendiri.

Sepulang dari tempat ujian, kudengar dari sayup-sayup percakapan di depan rumah. Ada sebuah kejadian. Dua orang yang terjatuh dari motor dan salah satu diantaranya meninggal dunia. Lengkap dengan detil lokasi kejadian dan beberapa detil lainnya. Saat itu aku merasa sangat bersalah, apabila pilihan pertama tak kuambil kemungkinan satu nyawa tak akan melayang. Mungkin si ibu masih beraktivitas sebagaimana biasa, dan si anak tak kehilangan ibunda tercintanya. Ahh...

One Response so far.

  1. Anonymous says:

    In thаt rеspect аre οther typеѕ οf gаmes on
    thе уou cаn Toy gamеs by уourself οr
    with otheгѕ аnd its evеn bettor when that
    sitе haѕ a bombaѕtic surviνal оf onlіnе gаmes to Τaκe fгom.



    Alѕo ѵisit my ωеbsіte :: www.suaratransjakarta.org